KEBIJAKAN DEVIDEN
KEBIJAKAN DEVIDEN
|
Kelompok 6
|
Kikin Sukini
12401109
Riska Dian Pertiwi
12401374
Rosmiati Rasyidin
12401373
Anita Indriani
12401410
Sinta Deri Puspita
12401268
|
POLITEKNIK PIKSI GANESHA
BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Untuk memenuhi salah satu tugas kuliah,maka penyusun membuat
makalah ini dengan tema kebijakan deviden. Makalah ini kami beri judul KEBIJAKAN
DEVIDEN.
Alasan mengapa kami memilih kebijakan deviden dalam tema makalah ini, karena kami ingin
mengetahui lebih dalam tentang kebijakan deviden. Dalam makalah ini, kami
membahas mengenai pengertian kebijakan deviden,factor yang mempengaruhi
kebijakan deviden, pendapat tentang kebijakan deviden, macam-macam kebijakan
deviden, kebijakan stock deviden, kebijakan stock splits, kebijakan reverse
dplits, dan rumus-rumus yang digunakan.
Kebijakan deviden merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara
definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk
deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa
yang akan datang.
Kebijakan
deviden merupakan salah satu kebijakan dalam perusahaan yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan secara seksama. Dalam kebijakan deviden ditentukan jumlah alokasi laba yang
dapat dibagikan kepada para pemegang saham (deviden) dan alokasi laba yang
dapat ditahan perusahaan. Semakin besar laba yang ditahan, semakin kecil laba
yang akan dibagikan pada para pemegang saham. Dalam pengalokasian laba tersebut
timbul lah berbagai masalah yang dihadapi.
Keuntungan
perusahaan merupakan faktor pertama yang biasanya menjadi pertimbangan direksi,
walaupun untuk membayar deviden perusahaan rugipun dapat melaksanakannya,
karena adanya cadangan dalam bentuk laba ditahan. Namun demikian hubungan
antara keuntungan perseroan dengan keputusan deviden masih merupakan suatu
hubungan yang vital (Robert, 1997). Perusahaan
selalu berusaha meningkatkan citranya dengan cara setiap peningkatan laba akan
diikuti dengan peningkatan porsi laba yang dibagi sebagai deviden dan juga
dapat mendorong peningkatan nilai saham
perusahaan.
B. Identifikasi
Masalah
Banyak hal
yang dapat mempengaruhi kebijakan deviden antara lain yaitu : posisi likuiditas
perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan
perusahaan, pengawasan terhadap perusahaan, kemampuan meminjam, tingkat
keuntungan, stabilitas return, dan akses kepasar modal.
C. Pembatasan Masalah
Dalam makalah ini kami membatasi permasalahan yang akan dibahas,
yaitu tentang Kebijakan Deviden.
Kami menganggap ini sangat menarik. Adapun tujuan dilakukannya
pembatasan masalah ini agar dalam penyampian
makalah ini tidak terjadi selang pendapat.
Dalam makalah ini penyusun membatasi permasalahan yang akan
dipertanyakan, yaitu :
1. Apakah yang
dimaksud dengan kebijakan deviden ?
2. Faktor apa saja
yang mempengaruhi kebijakan deviden ?
3. Kebijakan deviden
dibagi menjadi berapa macam ?
D. Tujuan
1. Menambah ilmu
pengetahuan tentang kebijakan deviden
2. Sebagai salah
satu syarat menjadi calon assisten Lab. Manajemen
3. Mengetahui faktor
apa saja yang mempengaruhi kebijakan deviden
E.
Manfaat
1. Mengetahui apa
itu kebijakan deviden.
2. Mengetahui factor yang mempengaruhi kebijakan
deviden.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Kebijakan Deviden
Pengertian kebijakan dividen (Deviden Police) menurut Agus Sartono
(2008:281) menyatakan bahwa :
“ Kebijakan dividen adalah keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan
investasi dimasa datang ” .
Pengertian
kebijakan dividen menurut Bambang Riyanto (2008:265) menyatakan bahwa :
“ Kebijakan dividen adalah
kebijakan yang bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning)
antara pengguna pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai
dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut
harus ditanam di dalam perusahaan ” .
Sedangkan
pengertian kebijakan dividen menurut I Made Sudana (2011:167) menyatakan bahwa
:
“Kebijakan dividen merupakan
bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan, khususnya berkaitan dengan
pembelanjaan internal perusahaan. Hal ini karena besar kecilnya dividen yang
dibagikan akan mempengaruhi besar kecilnya laba yang ditahan”.
Laba
ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan salah satu dari
sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan
sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemeganf
saham atau (equity inventors).
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai
dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi
total sumber dana intern atau internal financial. Sebaliknya jika
perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan
pembentukan dana intern akan semakin besar.
Macam-Macam Deviden
Berdasarkan
bentuk deviden yang dibayarkan, deviden dapat dibedakan atas dua jenis yaitu; deviden
tunai (cash dividend) dan deviden
saham (stock
devidend). Deviden tunai
merupakan deviden yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Deviden saham
merupakan deviden yang dibagikan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu.
Nilai suatu deviden tunai tentunya sesuai dengan nilai tunai yang diberikan,
sedangkan nilai suatu deviden saham dapat dihitung dengan rumus harga wajar
deviden saham dibagi dengan rasio deviden saham. Berdasarkan periode satu tahun buku maka deviden dapat dibagi atas dua
jenis yaitu; deviden interm dan deviden final. Deviden interm merupakan deviden
yang dibayarkan oleh perseroan antara satu tahun buku dengan tahun buku berikutnya
atau antara deviden final satu dengan deviden final berikutnya. Di Indonesia
pada umumnya deviden interm hanya dibayarkan satu kali dalam setahun. Deviden
final merupakan deviden hasil pertimbangan setelah penutupan buku perseroan
pada tahun sebelumnya yang dibayarkan pada tahun buku
berikutnya.
Deviden final ini juga memperhitungkan dan mempertimbangkan hubungannya dengan
deviden interm yang telah dibayarkan untuk tahun buku tersebut.
Macam-macam Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan bentuknya bisa
bermacam-macam. Menurut Bambang Riyanto (2008:269) menyatakan bahwa ada
macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan antara lain
sebagai berikut:
1.
Kebijakan dividen yang
stabil
Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil,
artinya jumlah dividen perlembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap
selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham setiap
tahunnya berfluktuasi.
2.
Kebijakan dividen dengan
penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar
saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan
membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.
3.
Kebijakan dividen dengan penetapan
dividen payout ratio yang konstan
Jenis
kebijakan dividen yang ketiga adalah
penetapan dividen payout ratio yang konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan
dividen payout ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah
dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi
sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.
4.
Kebijakan dividen yang fleksibel
Kebijakan dividen yang
terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang fleksibel, yang besarnya
setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial dari
perusahaan yang bersangkutan.
Stock
Deviden
adalah dividen yang
diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham-saham yang dikeluarkan
oleh perusahaan itu sendiri. Di Indonesia saham yang dibagikan sebagai dividen tersebut disebut saham bonus. Dengan demikian para pemegang
saham mempunyai jumlah lembar saham yang lebih banyak setelah menerima Stock
Dividen. Dividen saham dapat berupa saham yang jenisnya sama maupun yang
jenisnya berbeda..
Tujuan perusahaan memberikan stock deviden adalah untuk menghemat kas karena
adanya kesempatan investasi yang lebih menguntungkan.
Stock Split
Merupakan kebijakan untuk meningkatkan jumlah lembar saham
dengan cara pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih
banyak dengan pegurangan nilai nominal saham yang lebih kecil secara
proporsional. Oleh karena itu dengan stock splits harga saham menjadi lebih
murah. Tujuan stock splits adalah untuk menempatkan harga saham dalam trading
range tertentu.
Trading
Range Theory memberikan penjelasan bahwa stock split
meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, manajemen menilai
harga saham terlalu tinggi sehingga kurang menarik diperdagangkan. Manajemen
berupaya untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu
yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Hal ini diharapkan semakin banyak
partisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan. Dengan adanya stock
split, harga saham akan turun sehingga akan banyak investor yang mampu
bertransaksi. Trading Range Theory atau Liquidity
Hypotheses menyatakan bahwa manajemen melakukan stock
split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan
bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu
mahal. Di mana selanjutnya nilai nominal saham dipecah karena ada batas harga
yang optimal untuk saham. Tujuan dari pemecahan nilai nominal saham adalah
untuk meningkatkan daya beli investor sehingga akan tetap banyak pelaku pasar
modal yang mau memperjualbelikan saham yang bersangkutan. Kondisi ini pada
akhirnya akan meningkatkan likuiditas saham. Likuidity hypothesis,
yaitu dengan pemecahan saham maka harga saham akan lebih rendah, sehingga lebih
banyak investor individual terdorong untuk membeli saham dan diharapkan likuiditas
saham tersebut meningkat.
Signaling Theory menyatakan
bahwa perusahaan yang melaksanakan kebijakan stock split adalah perusahaan yang
mempunyai kinerja keuangan cukup baik. Pengumuman stock split juga mmerupakan
sinyal bahwa earing dan cash deviden akan
meningkat. Peningkatan earing dan cash
deviden merupakan gambaran prospek perusahaan yang baik. Stock split
memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga perusahaan yang memiliki kinerja
yang baik saja, yang dapat melakukan stock split.
Repurchasing
of stock
Sebagai alternatif terhadap pemberian dividen berupa uang tunai ( cash dividen ) , perusahaan dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan ( repuchasing stock ).
Keuntungan stock repurchase bagi pemegang saham :
Sebagai alternatif terhadap pemberian dividen berupa uang tunai ( cash dividen ) , perusahaan dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan ( repuchasing stock ).
Keuntungan stock repurchase bagi pemegang saham :
a) Stock
repuchase sering di pandang sebagai tanda positif bagi investor karena pada
umumnya stock repuchase dilakukan jika perusahaan merasa bahwa saham “
undervalued “.
b) Stock repuchase mengurangi jumlah saham yang
beredar dipasar. Setelah stock repuchase ada kemungkinan harga saham naik.
Kerugian
bagi pemegang saham :
a) Perusahaan
membeli kembali saham dengan harga yang terlalu tinggi sehingga merugikan
pemegang saham yang tidak menjual kembali sahamnya.
b) Keuntungan stock repuchase dalam bentuk
capital gains, padahal sebagian investor menyukai dividen.
Keuntungan
bagi perusahaan :
a) Menghindari
kenaikan dividen. Jika dividen naik terlalu tinggi dikhawatirkan di masa
mendatang perusahaan terpaksa membagi dividen yang lebih kecil ( pada masa
sulit atau banyak kebutuhan dana investasi ) yang dapat memberi petanda
negatif. Stoc repuchase merupakan alternatif yang baik untuk mendistribusikan
penhasilan yang diatas normal ( extraordinary earnings ) kepada pemegang saham.
b) Dapat
digunakan sebagai strategi untuk mengacau usaha pengambil – alihan perusahaan (
yang biasanya dilakukan dengan cara membeli saham sebanyak –b anyaknya hingga
mencapai jumlah saham mayoritas ) Stock repuchase dapat menggalkan usaha ini.
c) Mengubah
struktur modal perusahaan. Misalnya, perusahaan ingin meningkatkan rasio hutang
dengan cara menggunakan hutang baru untuk membeli kembali saham yang beredar.
d) Saham yang
ditarik kembali dapat dijual kembali ke pasar jika perusahaan membutuhkan
tambahan dana.
Kerugian
bagi perusahaan adalah :
a) Dapat merusak
image perusahaan karena sebagian investor merasa bahwa stock repuchase
merupakan indikator bahwa manajemen perusahaan tidak mempunyai proyek – proyek
baru yang baik. Namun demikian, jika perusahaan benar – benar tidak memiliki
kesempatan investasi yug baik, ia memang sebaiknya mendistribusikan dana
kembali kepada pemegang saham. Tidak banyak bukti empiris yang mendukung alasan
ini.
b) Setelah stock repuchase, pasar mungkin merasa
bahwa risiko perusahaan meningkat sehingga dapat menurunkan harga saham.
Jika harus
memilih antara stock repuchase dan pembayaran dividen tunai, pada pasar yang
sempurna ( dimana tidak ada pajak , biaya komisi untuk jual – beli saham dan
efek sinyal dari pemberian dividen ), investor akan indifferent terhadap ke 2
pilihan. Pada pasar yang tidak sempurna, investor mungkin akan memiliki
preferensi terhadap salah satu dari ke 2 alternatif tersebut.
Ada
3 metode yang dapat digunakan untuk membeli kembali saham :
a) Saham dapat
dibeli pada pasar terbuka ( open market )
b) Perusahaan
membuat penawaran formal untuk membeli saham perusahaan dalam jumlah tertentu
dan harga tertentu ( pendekatan tender offer )
c) Perusahaan
membeli sejumlah sahamnya kembali dari satu atau beberapa pemegang saham besar
( pendekatan negotiated basis )
Teori Kebijakan Deviden
Terdapat
beberapa pendapat dan teori yang mengemukakan tentang deviden diantaranya
yaitu:
1. Dividend Irrelevance Theory (ketidakrelevanan
deviden)
Teori yang
menyatakan bahwa kebijakan deviden
perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya
modalnya. MM menyimpulkan bahwa nilai perusahaan saat ini tidak dipengaruhi
oleh kebijakan deviden. Keuntungan yang
diperoleh atas kenaikan harga saham akibat pembayaran deviden akan diimbangi
dengan penurunan harga saham karena adanya penjualan saham baru. Oleh karenanya
pemegang saham dapat menerima kas dari perusahaan saat ini dalam bentuk pembayaran deviden atau
menerimanya dalam bentuk capital gain. Kemakmuran pemegang saham sekali lagi tidak dipengaruhi
oleh kebijakan deviden saat ini maupun dimasa datang.
2. The Bird in The Hand Theory
Gordon dan
Lintner berpendapat bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran
deviden daripada menunggu capital gain. Sementara itu MM berpendapat dan
telah dibuktikan secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah
menerima deviden saat ini atau menerima capital gain dimasa datang.
Gordon dan Lintner beranggapan bahwa
para investor memandang satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu
burung di udara. Sementara itu MM berpendapat bahwa tidak semua investor berkeinginan
untuk menginvestasikan kembali deviden mereka diperusahaan yang sama atau
sejenis dengan memiliki resiko yang sama, oleh sebab itu tingkat resiko
pendapatan mereka dimasa datang bukannya ditentukan oleh kebijakan deviden,
tetapi ditentukan oleh tingkat resiko investasi baru.
3.Tax Preference Theory
Investor
menghendaki perusahaan untuk menahan
laba setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan investasi daripada deviden
dalam bentuk kas. Oleh karenanya perusahaan sebaiknya menentukan dividend payout ratio
yang rendah atau bahkan membagikan deviden. Karena deviden cenderung
dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital gain, maka investor
akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividendyield
yang tinggi.
4.
Devidend
Relevance Theory (Relevan
deviden)
Deviden
adalah relevan untuk kondisi yang tidak pasti, investor dapat dipengaruhi oleh kebijakan deviden.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen
Menurut Bambang Riyanto (2008:267),
faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan adalah
sebagai berikut :
1.
Posisi Likuiditas
Perusahaan
Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor
yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk
menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham.
2.
Kebutuhan Dana untuk
Membayar Hutang
Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan
diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar
dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti bahwa hanya
sebagian kecil saja dari pendapatan atau earning yang dapat dibayarkan
sebagai dividen. Dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividen payout
ratio yang rendah.
3.
Tingkat Pertumbuhan
Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan
suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan
perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk
membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk
menahan earningnya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para
pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya.
4.
Pengawasan terhadap
Perusahaan
Pada pembelanjaan intern
dalam rangka usaha mempertahankan “control” terhadap perusahaan, berati
mengurangi “dividen payout ratio”nya.
Berikut berbagai
faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden (Sartono, 2001) :
1. Kebutuhan dana
perusahaan
Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam
kenyataanya merupakan factor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
kebijakan deviden yang akan diambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan,
pengeluaran modal dimasa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan
persediaan, pola (skedul) pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang
mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis
kebijakan deviden.
2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan
pertimbangan utama dalam banyak kebijakan deviden. Karena deviden bagi
perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas
perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar deviden.
3. Kemampuan
meminjam
Kemampuan meminjam dalam jangka pendek
tersebut akan meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu
fleksibilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk
bergerak di pasar modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang semakin
besar dan establish akan memiliki akses yang lebih baik di pasar modal.
Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan
memperbesar kemampuan membayar deviden.
4. Keadaan pemegang
saham
Jika perusahaan itu kepemilikan
sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui deviden yang
diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir
semua pemegang saham berada dalam golongan high tax (pajak yang lebih
tinggi) dan lebih suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat
mempertahankan dividend payout yang rendah. Dengan dividend payout yang
rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk
kesempatan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah
pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai deviden yang diharapkan pemegang
saham dalam konteks pasar.
5. Stabilitas
deviden
Bagi para investor faktor stabilitas
deviden akan lebih menarik daripada dividend payout ratio yang tinggi.
Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan
perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif. Bagi investor
pembayaran dividen yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang
stabil pula dengan demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan dengan perusahaan yang membayar deviden tidak
stabil.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan
deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun
akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk
menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Faktor yang
mempengaruhi kebijakan deviden yaitu posisi likuiditas perusahaan, kebutuhan
dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan, pengawasan terhadap
perusahaan, kemampuan meminjam, tingkat keuntungan, stabilitas return, dan
akses kepasar modal. Pendapat tentang kebijakan deviden yaitu pendapat tentang
ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory) dan Pendapat tentang relevansi
deviden (relevant theory). Macam-macam kebijakan deviden yaitu kebijakan
deviden yang stabil, kebijakan deviden dengan penetapan jumlah deviden minimal
ditambah jumlah ekstra tertentu, kebijakan deviden dengan penetapan deviden
payout ratio yang konstan, dan kebijakan deviden yang stabil.
Dalam keputusan pembagian deviden perlu dipertimbangkan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian laba tidak
seluruhnya dibagikan ke dalam bentuk deviden namun perlu disisihkan untuk
diinvestasikan kembali. Berkaitan dengan kebijakan
deviden tersebut terlihat bahwa terdapat beberapa pihak yang
saling berbeda kepentingan, yaitu antara kepentingan pemegang saham, pemegang
obligasi, dan pihak perusahaan itu sendiri. Besar kecilnya deviden yang akan
dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan deviden dari masing-masing
perusahaan, sehingga pertimbangan manajen sangat diperlukan
DAFTAR
PUSTAKA
Atika Jauhari Hatta. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden.
Anonim. 2010. Modul Manajemen Keuangan. Depok.
Latiefasari
Hani Diana. 2011. Anallisis yang mempengaruhi factor-faktor Kebijakan Deviden.
Skripsi Sarjana. Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.